-->

Info Terbaru 2022

Kanker Serviks (Artikel Lengkap)

Kanker Serviks (Artikel Lengkap)
Kanker Serviks (Artikel Lengkap)

Kanker serviks atau kanker leher rahim yaitu kanker yang muncul dari serviks (leher rahim). Kanker ini terjadi lantaran adanya pertumbuhan sel-sel secara aneh sehingga mempunyai kemampuan untuk menyerang atau menyebar ke penggalan lain tubuh. Pada awalnya, tanda-tanda tidak terlihat. Gejala yang ada mungkin termasuk pendarahan vagina abnormal, nyeri panggul, atau rasa sakit selama melaksanakan relasi seksual. Pendarahan sehabis melaksanakan relasi seksual mungkin sanggup mengindikasikan adanya kanker serviks.

Human papilomavirus (HPV) menjadi penyebab ludang keringh dari 90% kasus. Namun kebanyakan orang yang terinfeksi HPV tidak menyebarkan kanker serviks. Faktor yang menjadi risiko antara lain rokok, sistem kekebalan badan yang lemah, pil KB, melaksanakan relasi seksual di usia muda, dan melaksanakan relasi seksual dengan banyak pasangan. Kanker serviks biasanya berkembang dari prakanker selama ludang keringh dari 10 hingga 20 tahun. Sekitar 90% dari masalah kanker serviks yaitu karsinoma sel skuamosa, 10% yaitu adenokarsinoma, dan sisanya yang lainnya. Diagnosis biasanya dilakukan dengan skrining serviks diikuti dengan biopsi. Pencitraan medis kemudian dilakukan untuk memilih apakah kanker telah menyebar.

Bagian dari: 25 Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia

Kanker serviks atau kanker leher rahim yaitu kanker yang muncul dari serviks  Kanker Serviks (Artikel Lengkap)jaringan epitel, juga disebabkan oleh aneka macam jenis HPV. Namun biasanya tidak bekerjasama dengan kanker serviks. Infeksi HPV diyakini dibutuhkan biar kanker serviks terjadi.

2.2. Merokok

Perokok aktif maupun pasif mempunyai risiko ludang keringh tinggi tidak sengaja kanker serviks. Pada perempuan terinfeksi HPV yang merupakan perokok dan mantan perokok mempunyai risiko dua hingga tiga kali ludang keringh banyak tidak sengaja kanker invasif. Perokok pasif juga sanggup meningkatkan risiko, namun dalam tingkat yang ludang keringh rendah.

Merokok juga terkait dengan perkembangan kanker serviks. Merokok sanggup meningkatkan risiko pada perempuan dengan beberapa cara, baik secara pribadi maupun tidak pribadi merangsang kanker serviks. Cara pribadi untuk merangsang kanker serviks pada perokok yaitu meningkatkan kesempatan CIN3 muncul yang berpotensi membentuk kanker serviks. Kadab CIN3 menimbulkan kanker, kebanyakan tidak dibantu perkembangan kankernya oleh virus HPV. Perokok berat dan perokok jangka panjang mempunyai risiko ludang keringh tinggi memunculkan CIN3 dibandingkan perokok ringan atau tidak merokok sepenuhnya. Meskipun merokok dikaitkan dengan kanker serviks, merokok membantu perkembangan HPV yang menjadi penyebab utama kanker serviks.

2.3. Kontrasepsi Oral

Kontrasepsi oral dalam jangka panjang berkaitan dengan peningkatan risiko tidak sengaja kanker serviks. Wanita yang memakai kontrasepsi oral selama 5 hingga 9 tahun mempunyai risiko tiga kali tidak sengaja kanker invasif, sedangkan penggunaan diatas 10 tahun mempunyai risiko sekitar empat kali.

2.4. Kehamilan Beberapa Kali

Memiliki banyak kehamilan berkaitan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Wanita terinfeksi HPV yang telah hamil sebanyak tujuh kali atau ludang keringh mempunyai sekitar empat kali risiko tidak sengaja kanker dibandingkan perempuan yang tidak pernah hamil, dan dua hingga tiga kali risiko tidak sengaja kanker pada perempuan yang hamil sekali atau dua kali.

3. Diagnosa Kanker Serviks

3.1. Biopsi

Pap smear sanggup dipakai untuk uji skrining, namun 50% gagal mendeteksi kanker serviks. Konfirmasi ditafsir kanker serviks atau pra kanker memerlukan biopsi pada serviks, seringkali melalui kolposkopi. Pemeriksaan perbesaran visual serviks yang dibantu dengan memakai larutan asam asetat encer (misalnya cuka) untuk menyoroti sel aneh pada permukaan serviks. Perangkat medis yang dipakai untuk biopsi pada serviks yaitu punch forceps, SpiraBrush CX, SoftBiopsy, atau Soft-ECC. Peskoran kolposkopi dan estimasi keparahan penyakit menurut investigasi visual merupakan penggalan dari diagnosis.

Prosedur ditafsir dan penanganan ludang keringh lanjut yaitu loop electrical excision prosedur (LEEP) dan konisasi, dimana lapisan dalam leher rahim diangkat untuk diperiksa secara patologis. Prosedur tersebut dilakukan kalau biopsi mengkonfirmasi adanya neoplasima intraepitelial parah pada serviks.

3.2. Lesi Pra Kanker Serviks

Neoplasia intraepitel serviks yang merupakan awal potensial kanker serviks, sering didiagnosis pada investigasi biopsi serviks oleh seorang pakar patologi. Untuk perubahan displastik premaligna, gradasi neoplasia intraepitel serviks digunakan.

Penamaan dan penjabaran histologi lesi prekursor karsinoma serviks telah berubah berulang kali sepanjang era 20. Sistem penjabaran WHO menjelaskan lesi dan menamainya displasia ringan, sedang, berat, atau inisial in situ. Istilah Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN) dikembangkan untuk memdiberi pementingan pada spektrum kelainan pada lesi ini dan untuk membantu bakuisasi pengobatan. Terdapat beberapa penjabaran displasia ringan sebagai CIN1, displasia sedang sebagai CIN2, dan displasia parah sebagai CIN3. Baru-baru ini, CIN2 dan CIN3 telah digabung menjadi CIN2/3. Hasil ini mungkin akan dilaporkan oleh seorang pakar patologi sehabis biopsi.

Hal tersebut tidak boleh disalahartikan dengan sistem Bethesda untuk hasil pap smear (sitopatologi). Pada hasil Bethesda terdapat Lesi Intraepithelial Tingkat Rendah (LSIL) dan Lesi Intraepithelial Skuamosa Tingkat Tinggi (HSIL). LSIL mungkin sesuai dengan CIN1, dan HSIL mungkin sesuai dengan CIN2 dan CIN3, namun akibatnya berbeda dan hasil pap smear tidak sesuai dengan temuan histologis.

3.3. Sub Jenis Kanker Serviks

Subjenis histologis karsinoma serviks invasif meliputi:

  1. Karsinoma sel skuamosa (sekitar 80-85%)
  2. Adenokarsinoma (sekitar 15% dari penderita kanker serviks di Inggris)
  3. Adenoskuamosa karsinoma
  4. Karsinoma sel kecil
  5. Tumor neuroendokrin
  6. Villoglandular adenocarcinoma.

Keganasan non-karsinoma yang jarang terjadi pada serviks mencakup melanoma dan limfoma. Untuk masalah yang diobati dengan pembedahan, informasi yang diperoleh dari pakar patologi sanggup dipakai untuk memilih tahap patologis yang terpisah, namun tidak untuk menggantikan tahapan klinis.

3.4. Stadium Kanker Serviks

Stadium kanker serviks ditentukan menurut sistem stadium Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO), yang didasari investigasi klinis dibandingkan temuan bedah. Untuk memilih stadium kanker serviks hanya sanggup memakai beberapa tes ditafsir menyerupai palpasi, kolposkopi, endoserviks, kuretase, histeroskopi, sitoskopi, proktoskopi, urografi intravena, investigasi sinar X pada paru-paru, dan konisasi serviks. Stadium kanker serviks mulai dari 1A, 1B, 2A, 2B, 3B, 4A, dan 4B

Kanker Serviks Stadium 1A

Kanker serviks atau kanker leher rahim yaitu kanker yang muncul dari serviks  Kanker Serviks (Artikel Lengkap)paru-paru.

4. Pencegahan Kanker Serviks

4.1. Skrining

Memeriksa serviks dengan Pap smear, untuk kanker serviks telah mengurangi angka masalah dan maut lantaran kanker serviks di negara berkembang. Skrining pap smear setiap 3-5 tahun dengan tindak lanjut yang sesuai sanggup mengurangi terjadinya kanker serviks hingga 80%. Hasil yang aneh mungkin menawarkan perubahan ke pra kanker yang harus diikuti dengan peskoran dan tindakan penanganan yang tepat. Pengobatan lesi tingkat rendah sanggup mempengaruhi kerindangan dan kehamilan diberikutnya. Kampanye pemerintah untuk mengajak perempuan melaksanakan skrining berhasil meningkatkan minat melaksanakan skrining.

Menurut pedoman Eropa 2010, usia melaksanakan skrining berkisar antara usia 20 hingga 30 tahun. Jauh ludang keringh baik kalau dilakukan sebelum usia 25 tahun. Di Amerika Serikat, skrining direkomendasikan mulai dari usia 21 tahun. Pap smear harus dilakukan setiap tiga tahun pada usia 21 dan 65 tahun. Untuk perempuan berusia diatas 65 tahun, skrining sanggup dilarang kalau tidak ada hasil skrining aneh selama 10 tahun terakhir dan tidak ada riwayat CIN 2 atau ludang keringh tinggi.

Pap smear tidak akibattif di negara berkembang lantaran kebanyakan tidak mempunyai infrastruktur kesehatan yang baik, sumber daya insan yang melaksanakan pap smear masih sedikit dan kurang keterampilan, kurangnya pemahaman perempuan sehingga seringkali tidak ditindaklanjuti, dan lamanya hasil skrining keluar.

4.2. Kontrasepsi

Penggunaan pelindung atau penggunaan gel spermatidal selama melaksanakan relasi seksual sanggup mengurangi risiko kanker. Kondom juga sanggup melindungi dari infeksi HPV dan prekursor kanker serviks. Selain itu juga sanggup melindungi dari HIV dan klamidia, yang sangat diberisiko menimbulkan kanker.

Kondom juga mempunyai kegunaan mengobati perubahan pra-kanker yang berpotensi menjadi kanker serviks. Paparan sperma sanggup meningkatkan risiko perubahan prakanker menjadi CIN 3 dan kondom sanggup mencegahnya dan membantu memmembersihkankan HPV. Kandungan prostaglandin pada sperma sanggup memicu pertumbuhan tumor serviks dan rahim.

4.3. Vaksinasi

Dua vaksin HPV (gardasil dan cervarix) sanggup menurunkan risiko kanker atau perubahan pra kanker serviks sekitar 93%. Vaksin 92% hingga 100% akibattif melawan HPV 16 dan 18 hingga dengan 8 tahun.

Vaksin HPV umumnya didiberikan pada usia 9 hingga 26 tahun dan hanya akibattif kalau didiberikan sebelum infeksi terjadi. Vaksin akibattif selama 4 hingga 6 tahun. Namun, durasi akibattivitas tidak diketahui. Tingginya biaya vaksin menjadi perhatian. Beberapa negara melaksanakan jadwal pendanaan vaksinasi HPV.

4.4. Nutrisi

Vitamin A, vitamin B12, vitamin C, vitamin E, dan beta karoten sanggup menurunkan risiko kanker serviks.

5. Penanganan dan Pengobatan Kanker Serviks

Pengobatan kanker serviks berbeda di seluruh dunia, bergantung pada jalan masuk ke pakar bedah yang pakar dalam operasi pelvis dan adanya “pengobatan alternatif” di negara berkembang. Karena kanker serviks tergolong radiosensitif, radiasi sanggup dipakai di tiruana stadium apabila pilihan pembedahan tidak ada. Hasil bedah kemungkinan mempunyai hasil yang ludang keringh baik daripada pendekatan radiologi.

Kanker mikro invasif (stadium IA) sanggup ditangani dengan histerektomi (pengangkatan seluruh rahim termasuk sebagian vagina). Untuk stadium IA2, kelenjar getah bening diangkat. Alternatifnya berupa biopsi kerucut (konisasi).

Bila biopsi kerucut tidak menghasilkan hasil yang terang (temuan biopsi menawarkan bahwa tumor dikelilingi oleh jaringan bebas kanker), pilihan pengobatan yang ludang keringh mungkin bagi perempuan yang ingin mempertahankan kerindangan mereka yaitu dengan trakelektomi. Trakelektomi yaitu pembedahan yang mencoba untuk menyingkirkan kanker dengan tetap menjaga ovarium dan rahim. Hasilnya ludang keringh konservatif daripada histerektomi. Trakelektomi merupakan pilihan sempurna bagi penderita kanker serviks stadium I yang belum menyebar. Namun, hal tersebut belum dianggap sebagai baku penanganan, lantaran hanya sedikit dokter yang pakar dalam mekanisme ini. Bahkan pakar bedah paling berpengalaman pun tidak sanggup menjamin bahwa trakelektomi sanggup dilakukan sehabis investigasi mikroskopis, lantaran tidak diketahui sejauh mana kanker telah menyebar. Jika pakar bedah secara mikroskopis tidak dapat  mengkonfirmasi batas yang terang dari jaringan serviks sehabis perempuan tersebut berada dalam anestesi umum di ruang operasi, dibutuhkan histerektomi. Histerektomi hanya dilakukan kalau perempuan tersebut telah memdiberikan persetujuan sebelumnya. Karena kemungkinan risiko kanker menyebar ke kelenjar getah bening pada kanker stadium 1B dan beberapa stadium 1A, pakar bedah mungkin juga perlu mengangkat sebagian kelenjar getah bening di sekitar rahim untuk evaluasi patologi.

Trakelektomi sanggup dilakukan melalui perut atau vagina, dan masih terjadi perdebatan dari mana yang paling baik. Trakelektomi abdomen biasanya hanya memerlukan rawat inap di rumah sakit selama dua hingga tiga hari, dan kebanyakan perempuan pulih dengan sangat cepat (sekitar enam minggu). Komplikasi jarang terjadi, namun perempuan yang bisa mengandung sehabis operasi rentan terhadap persalinan prematur dan kemungkinan keguguran. Dianjurkan menunggu minimal satu tahun sehabis operasi sebelum mencoba untuk hamil. Kekambuhan pada serviks sangat jarang terjadi kalau kanker telah dimembersihkankan dengan trakelektomi. Namun, perempuan dianjurkan untuk melaksanakan pencegahan dan perawatan tindak lanjut termasuk pap smear dan biopsi pada sisa segmen rahim setiap 3-4 bulan setidaknya selama 5 tahun untuk memantau kekambuhan dan meminimalkan tidak sengaja HPV melalui relasi seksual.

Kanker serviks stadium IB1 dan IIA kurang dari 4cm sanggup ditangani dengan histerektomi dengan menghilangkan kelenjar getah bening atau terapi radiasi. Untuk stadium IB2 dan IIA ludang keringh dari 4cm mungkin sanggup ditangani dengan terapi radiasi dan kemoterapi cisplatin, atau histerektomi. Kanker serviks stadium IIB dan IVA ditangani dengan terapi radiasi dan kemoterapi cisplatin. Untuk kanker serviks stadium simpulan (IVB) ditangani dengan kemoterapi kombinasi hycamtin dan cisplatin dengan akhir samping peningkatan risiko neutropenia, anemia, dan trombositopenia.

6. Komplikasi Kanker Serviks

Komplikasi kanker serviks sanggup terjadi sebagai akhir samping pengobatan atau sebagai akhir kanker serviks lanjutan.

6.1. Efek Samping

Menopause Awal

Jika ovarium dibedah atau rusak selama pengobatan dengan radioterapi, maka akan memicu menopause awal. Secara normal, perempuan akan mengalami menopause di usia lima puluh tahunan. Menopause terjadi kadab ovarium berhenti memproduksi hormon estrogen dan progesteron.

Penyempitan Vagina

Radioterapi untuk mengobati kanker serviks seringkali menimbulkan vagina menyempit yang sanggup akan menyakitkan atau menyulitkan ketika melaksanakan relasi seksual.

Limfedema

Jika kelenjar getah bening pada panggul diangkat, terkadang sanggup mengganggu fungsi sistem limfatik. Salah satu fungsi sistem limfatik yaitu menguras keludang keringhan cairan tubuh. Apabila fungsi ini terganggu maka sanggup terjadi penumpukan cairan dalam jaringan yang dikenal sebagai limfedema. Lemfedema menimbulkan bagian-bagian tertentu menjadi bengkak, umumnya kaki.

6.2. Komplikasi pada Kanker Serviks Lanjutan

Rasa Sakit

Jika kanker menyebar ke tulang, ujung saraf atau otot, seringkali menimbulkan sakit parah. Obat penghilang sakit menyerupai parasetamol dan ibuprofen sanggup dipakai untuk mengurangi rasa sakit.

Gagal Ginjal

Dalam beberapa masalah kanker serviks, kanker sanggup menekan ureter sehingga menghalangi pedoman urine dari ginjal. Hal tersebut menimbulkan ginjal membengkak dan bahkan sanggup menghilangkan sebagian atau tiruana fungsi ginjal.

Darah Menggumpal

Seperti halnya dengan kanker lain, kanker serviks juga sanggup menciptakan darah menjadi “lengket” dan ludang keringh rentan membeku. Kanker sanggup menekan vena di panggul, yang sanggup memperlambat pedoman darah sehingga terjadi pembekuan darah di kaki.

Pendarahan

Jika kanker menyebar ke dalam vagina, kandung kemih, atau usus, maka sanggup menjadikan kerusakan yang signifikan sehingga terjadi pendarahan. Pendarahan sanggup terjadi di dalam vagina atau rektum.

Serta komplikasi lain yaitu fistula dan keputihan. Namun biasanya jarang terjadi.

7. Prognosis Kanker Serviks

Prognosis bergantung pada stadium kanker. Kemungkinan tingkat kelangsungan hidup sekitar 100% pada perempuan dengan kanker serviks berukuran mikroskopis. Dengan pengobatan, tingkat kelangsungan hidup lima tahun untuk tahap awal kanker serviks yaitu 92%.

Dengan pengobatan, 80-90% perempuan dengan kanker serviks stadium I dan 60-75% perempuan dengan kanker serviks stadium II hidup lima tahun sehabis diagnosis. Tingkat kelangsungan hidup menurun menjadi 30-40% untuk perempuan dengan kanker stadium III dan 15% atau kurang bagi yang menderita kanker stadium IV. Kelangsungan hidup membaik ketika radioterapi dikombinasikan dengan kemoterapi berbasis cisplatin.

Seiring kanker menyebar ke penggalan lain tubuh, prognosis turun drastis lantaran pengobatan lesi lokal umumnya ludang keringh akibattif daripada perawatan seluruh badan menyerupai kemoterapi.

Evaluasi sehabis terapi sangat penting. Kanker serviks yang terdeteksi pada tahap awal mungkin berhasil diobati dengan operasi, radiasi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Sekitar 35% perempuan dengan kanker serviks invasif mempunyai penyakit berulang sehabis perawatan. Rata-rata potensi hidup yang hilang akhir kanker serviks yaitu 25,3 tahun.

Skrining rutin berarti perubahan pra kanker dan kanker serviks stadium awal telah terdeteksi dan diobati ludang keringh awal. Skrining serviks menyelamatkan 5.000 orang setiap tahun di Inggris dari kanker serviks.

8. Epidemiologi Kanker Serviks

Di seluruh dunia, kanker serviks yaitu kanker paling umum keempat. Pada tahun 2012, diperkirakan terjadi 528.000 masalah kanker serviks dengan 266.000 kematian. Pada wanita, kanker serviks yaitu kanker umum nomor dua sehabis kanker payudara yakni sekitar 8% dari total masalah kanker. Sekitar 80% kanker serviks terjadi di negara berkembang.


Anda sanggup request artikel apa saja melalui hedisasrawan@merahputih.id atau pribadi saja lewat komentar dibawah :)

Advertisement

Iklan Sidebar

Adsense 728x90